sumber gbr pikiran rakyat online |
Berbagai keterangan yang dihimpun "GM" di lapangan, Senin (7/1) menyebutkan, dampak dari pembuangan limbah cair di kawasan Rancaekek itu, lahan pertanian yang terkena dampaknya terus meluas. Saat ini dikabarkan sudah ada sekitar 450 hektare lahan pertanian yang tercemar. Ratusan hektare lahan itu tersebar di Desa Linggar, Jelegong, Sukamulya, dan Desa Bojongloa.
"Sekarang sudah tidak bisa lagi menggarap lahan sawah yang terendam limbah cair. Soalnya tanahnya sudah tidak subur lagi," keluh Parman (34), warga yang berasal dari keluarga petani di Desa Jelegong kepada "GM" di Rancaekek, Senin (7/1).
Parman mengatakan, luluk atau lumpur endapan limbah cair yang berada di permukaan sawah itu sudah ada yang mencapai 50 centimeter. "Jadi boro-boro untuk bisa ditanami padi. Kondisi tanah sawah juga sudah dipastikan tidak subur karena tertutup endapan lumpur limbah cair tersebut," katanya.
Ia mengharapkan, persoalan lingkungan yang terjadi di empat desa di Rancaekek segera ditanggulangi. "Masyarakat sangat berharap, Rancaekek kembali terbebas dari pencemaran limbah cair," katanya.
Sama halnya yang dikatakan Yopi J. Hidayat, tokoh masyarakat Desa Linggar. Menurutnya, sebelum ada pencemaran limbah cair, Sungai Cikijing dan Sungai Cimande di Kec. Rancaekek menjadi tempat bermain anak-anak.
"Dulu masih ada ikannya, saat ini sudah jarang. Kalaupun ada ikan, sudah bau limbah dan tak bisa dimakan. Yang jelas ekosistem di aliran sungai tersebut sudah rusak parah," ujarnya.
Dikatakan, di lahan sawah pun kini sudah jarang ditemui belut. Dulu banyak lubang belut yang menjadi tempat warga mencari ikan.
"Kini, boro-boro belut, sawah juga sudah tidak bisa ditanami para penggarap maupun pemiliknya. Yang pasti, masyarakat Rancaekek selaku penggarap dan pemilik lahan semakin menderita," ujarnya.
*http://www.klik-galamedia.com/petani-stres-akibat-limbah