Habibie berbincang dengan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan pada Upacara Peringatan Hakteknas. (oleh Ade Bayu Indra/"PRLM") |
"Pesanan 125 unit itu yakni 100 unit dari NAM Air, anak perusahaan Sriwijaya dan 25 unit dari Kalstar Aviation. Siap diproduksi pada 2018," kata Dirut PT RAI Agung Nugroho di sela "Monthly Talk Show Series 2014" yang digelar Ikatan Alumni Program Habibie (Iabie) di Jakarta, Sabtu.
Saat ini, lanjut dia, masih pada tahap desain awal dan feasibility study yang pada akhir tahun 2014 ditargetkan selesai, setelah itu baru memasuki tahap pengembangan prototipenya.
Pesawat sejenis ATR dengan sekitar 80 kursi ini, menurut dia, memiliki sejumlah keunggulan, yakni lebih ekonomis, baik murah dari segi harga, biaya pemeliharaan, juga irit bahan bakar karena merupakan pesawat terbang berbaling-baling(turboprop).
"Selain itu pesawat ini juga lebih nyaman, karena dari sisi noise dan getaran rendah, sesuai standar internasional. R80 ini juga lebih aman karena sistem kontrolnya canggih, mudah dioperasikan, serta ramah lingkungan," katanya.
Menurut dia, di tahap awal ini sudah ada 50 ahli yang mengerjakan desainnya, termasuk para ahli dari PT Dirgantara Indonesia. SDM ini akan ditingkatkan menjadi 500 hingga 1.000 orang ketika masuk dalam tahap pengembangan.
R80 merupakan pengembangan dari pesawat N-250 yang dibidani BJ Habibie, tapi dihentikan proyeknya oleh International Monetary Fund (IMF) karena krisis ekonomi 1998, namun demikian telah dimodifikasi, seperti badan yang lebih besar.
R80 juga didesain untuk digunakan pada rute pendek dengan jarak tempuh kurang dari 600 km dan mampu diakomodasi oleh bandara dengan landasan pendek.
Sumber: republika.co.id