Baleendah, (PRLM).- Sejumlah rumah yang ada di
Kampung Cieunteung RT 3 RW 20, Kelurahan Baleendah, Kecamatan Baleendah,
Kabupaten Bandung sudah mulai dikosongkan. Tidak hanya itu, ada juga
yang sudah dibongkar bangunannya.
Hal itu dilakukan mengingat akan dibangunnya polder atau bak penampungan air dari aliran Sungai Citarum. Lahan yang digunakan untuk mengatasi permasalahan banjir di sana yakni sekitar 9.000 hektare.
Salah satu rumah warga yang sudah mulai dikosongkan adalah kediaman milik Aa Wiwi Sudarman (40). Diakui dia, tanah dan bangunan dari rumahnya itu telah digantirugi oleh pemerintah. “Saya sudah mendapatkan uang pengganti sekitar Rp 100 juta untuk tanah dan bangunan rumah ini. Sekarang saya dan keluarga sedang mengosongkan rumah dan membawa barang-barangnya,” ucapnya ditemui di kediamannya, Jumat (11/1/A-147).
Wiwi menjelasakan, untuk pembayarannya sendiri sudah dilakukan pada akhir Desember 2012. Dan, seluruhnya telah diterimanya. Setelah diberikan uang pengganti, dia beserta warga lainnya yang rumahnya akan digunakan sebagai polder diharuskan telah mengosongkan tempat tersebut paling lambat akhir Februari. Sebab, pada Maret pembangunan sudah akan dimulai.
Namun demikian, oleh pemerintah Wiwi diperbolehkan membawa material bangunan yang sekiranya masih layik dipakai. “Seperti batu bata, lalu paving block bisa dibawa kata mereka,” ujarnya.
Walau telah mendapatkan uang pengganti, Wiwi masih belum tahu akan pindah kemana kini. Untuk sementara waktu, dia beserta keluarganya akan menumpang di kediaman adiknya. “Keinginannya uang tersebut dibelikan rumah kembali. Namun, belum tahu akan dimana,” ucapnya.
Warga lainnya yang sudah mulai membongkar sendiri bangunan rumahnya dan mengambil batu batanya adalah Didin (48). Rumahnya yang tidak jauh dengan Wiwi kini sudah menyisakan rangka bangunan saja. “Untuk berapa uang pengganti yang diberikan pemerintah bervariasi. Mulai dari Rp 4 juta hingga Rp 6 juta untuk setiap tumbaknya,” ucapnya.
Dari pantauan, dua rumah milik Wiwi dan Didin berada dekat dengan bantaran Sungai Citarum. Setiap kali terjadi banjir, rumah mereka sudah dapat dipastikan terendam banjir. Bahkan ketinggan air yang ketika itu mencapai tiga meter menenggelamkan rumah mereka.
Rencananya, polder atau penampungan air di dekat aliran Sungai Citarum akan mulai dibangun pada 2013. Lahan yang digunakan dan harus dibebaskan seluas 9.000 meter persegi. Dan, lahan tersebut ada 13 kepemilikan.
Sementara itu, Camat Baleendah Uka Suska Puji Utama membenarkan apabila uang pengganti tanah dan bangunan yang nantinya akan dijadikan polder sudah diberikan kepada pemilik rumah itu. “Masyarakat mendukung pemerintah untuk mengtatasi permasalahan banjir dengan akan dibuatnya polder. Kita berharap, warga dapat mengosongkan rumahnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,” ucapnya. (A-195/A-147)***
Hal itu dilakukan mengingat akan dibangunnya polder atau bak penampungan air dari aliran Sungai Citarum. Lahan yang digunakan untuk mengatasi permasalahan banjir di sana yakni sekitar 9.000 hektare.
Salah satu rumah warga yang sudah mulai dikosongkan adalah kediaman milik Aa Wiwi Sudarman (40). Diakui dia, tanah dan bangunan dari rumahnya itu telah digantirugi oleh pemerintah. “Saya sudah mendapatkan uang pengganti sekitar Rp 100 juta untuk tanah dan bangunan rumah ini. Sekarang saya dan keluarga sedang mengosongkan rumah dan membawa barang-barangnya,” ucapnya ditemui di kediamannya, Jumat (11/1/A-147).
Wiwi menjelasakan, untuk pembayarannya sendiri sudah dilakukan pada akhir Desember 2012. Dan, seluruhnya telah diterimanya. Setelah diberikan uang pengganti, dia beserta warga lainnya yang rumahnya akan digunakan sebagai polder diharuskan telah mengosongkan tempat tersebut paling lambat akhir Februari. Sebab, pada Maret pembangunan sudah akan dimulai.
Namun demikian, oleh pemerintah Wiwi diperbolehkan membawa material bangunan yang sekiranya masih layik dipakai. “Seperti batu bata, lalu paving block bisa dibawa kata mereka,” ujarnya.
Walau telah mendapatkan uang pengganti, Wiwi masih belum tahu akan pindah kemana kini. Untuk sementara waktu, dia beserta keluarganya akan menumpang di kediaman adiknya. “Keinginannya uang tersebut dibelikan rumah kembali. Namun, belum tahu akan dimana,” ucapnya.
Warga lainnya yang sudah mulai membongkar sendiri bangunan rumahnya dan mengambil batu batanya adalah Didin (48). Rumahnya yang tidak jauh dengan Wiwi kini sudah menyisakan rangka bangunan saja. “Untuk berapa uang pengganti yang diberikan pemerintah bervariasi. Mulai dari Rp 4 juta hingga Rp 6 juta untuk setiap tumbaknya,” ucapnya.
Dari pantauan, dua rumah milik Wiwi dan Didin berada dekat dengan bantaran Sungai Citarum. Setiap kali terjadi banjir, rumah mereka sudah dapat dipastikan terendam banjir. Bahkan ketinggan air yang ketika itu mencapai tiga meter menenggelamkan rumah mereka.
Rencananya, polder atau penampungan air di dekat aliran Sungai Citarum akan mulai dibangun pada 2013. Lahan yang digunakan dan harus dibebaskan seluas 9.000 meter persegi. Dan, lahan tersebut ada 13 kepemilikan.
Sementara itu, Camat Baleendah Uka Suska Puji Utama membenarkan apabila uang pengganti tanah dan bangunan yang nantinya akan dijadikan polder sudah diberikan kepada pemilik rumah itu. “Masyarakat mendukung pemerintah untuk mengtatasi permasalahan banjir dengan akan dibuatnya polder. Kita berharap, warga dapat mengosongkan rumahnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,” ucapnya. (A-195/A-147)***