Pengamat
Politik dari Universitas Indonesia (UI), Kamarudin menilai desakan
partai koalisi mendepak PKS karena ada yang mengincar tiga menteri asal
PKS.
Pasalnya, dalam beberapa hari terakhir ini Golkar dan
Demokrat merupakan partai koalisi yang paling gencar suarakan agar PKS
didepak dari Setgap dan mendesak tiga menteri asal PKS, yakni Menteri
Sosial (Mensos), Salim Segaf Al Jufri, Menteri Komunikasi dan Informasi
(Menkominfo), Tifatul Sembiring dan Mentan, Suswono mengundurkan diri
dari jabatannya.
Hal itu dipicu PKS menjadi satu-satunya partai
koalisi yang menolak kebijakan pemerintah yang akan menaikan harga BBM
dalam waktu dekat ini dan tidak menghadiri undangan rapat Setgap untuk
membatas APBN-P di kediaman Wapres Boediono beberapa waktu lalu.
"Boleh
jadi ada partai yang ingin incar kursi menteri PKS, tapi saya kira ini
bukan pemicu utama. Sebab, siapa yang mau jadi menteri dalam sisa waktu
setahun ini?," kata Kamarudin kepada pesatnews.com, Sabtu (8/6/2013).
Namun,
dia memaparkan faktor yang membuat partai koalisi geram melihat tingkah
PKS dan ingin segera mendepaknya adalah seringnya PKS berbeda pendapat
dalam hal keputusan yang diambil oleh Setgap. Diantaranya, kenaikan
harga BBM tahun, kasus bank century, kasus pajak dan lainnya. "Saya kira
ada beberapa sikap PKS yang bikin koalisi meradang. Pertama, ini bukan
kali pertama PKS berseberangan dengan partai sekoalisi," ujarnya.
Selain
itu, kata dia, PKS memanfaatkan isu penolakan kenaikan BBM ini sebagai
bentuk meraih simpatik rakyat atas beberapa kasus korupsi yang melanda
PKS. "Kedua, PKS dituding mempolitisir isu BBM demi perbaikan citra
pasca kasus sapi," ungkapnya.
Dia menambahkan, hal ini menjadi
sandungan bagi partai pemimpin Setgap (Demokrat) untuk mendongkrak
elektabilitasnya agar mampu memenangi pemilu 2014. Dimana, pada pemilu
2009 lalu, Demokrat berhasil memenangi pemilu setelah menaikan harga BBM
dan memberikan Bantuan Langsung Sementara (BLS) sebagai kompensasi
kenaikan harga BBM yang mampu dimanfaatkan Demokrat untuk meraih
simpaktik rakyat.
"Ketiga, Demokrat yang harus mengamankan APBN
bingung mencari peluang untuk mendongkrak popularitas dan
elektabilitasnya," tutup Kamarudin.[suaranews]